Seni Mengajar

⊆ 19.35 by Fauzan | ˜ 0 komentar »

Mengapa orang ingin pergi ke sekolah? Jawaban paling populer adalah karena di sekolah orang akan memperoleh pengetahuan dan dengan itu menjadi pintar. Saya pergi ke sekolah juga dengan alasan serupa, ingin memperoleh pengetahuan dan menjadi pintar. Namun, perspektif itu mulai berubah saat saya mencapai pendidikan lebih tinggi.

Pengetahuan yang saya peroleh tidak lagi menjadi obyek yang bisa saya genggam untuk karier masa depan. Pengetahuan menjadi pembentuk pribadi; pengetahuan telah menantang pikiran saya dan menjadikannya strategi untuk kehidupan dan pengambilan sikap. Pengetahuan tidak statis; pengetahuan memiliki jiwa dan kehidupan yang memberi dampak bagi kehidupan manusia.

Guru

Dalam lingkup pendidikan, guru menjadi perantara pengetahuan. Guru menerjemahkan ilmu pengetahuan menjadi sebuah paket informasi yang menyenangkan sehingga siswa mudah menyerapnya. Guru menciptakan pelajaran yang kreatif dengan pengetahuan menjadi sesuatu yang menarik.

Mengajar bukanlah sebuah kegiatan yang ada hubungan pasti antara subyek dan obyek. Mengajar adalah sebuah seni dengan guru menjadi senimannya. Melalui mengajar, ia mengekspresikan kepribadiannya. Dan para siswa adalah "hasil karya seni manusiawi" yang sifatnya tidak statis. Sama seperti kesenian, mengajar juga memberi kesempatan kepada guru untuk menjadi jujur kepada dirinya.

Ketika di depan kelas, guru menempatkan dirinya sebagai pusat perhatian sekaligus obyek penyidikan. Para murid melihat guru dari atas sampai bawah. Karena itu, mengajar merupakan sesuatu yang pribadi, yang tidak dapat digantikan begitu saja. Mengajar itu melibatkan guru sebagai sosok yang menyeluruh, bukan hanya sebagai seseorang yang mencoba menyampaikan sepotong pengetahuan.

Mengajar merupakan sebuah seni karena untuk menjadi guru dibutuhkan keahlian khusus. Aspek paling penting dan utama menjadi guru ialah kecintaan dan semangat yang terus-menerus (passion) pada bidang pendidikan. Artinya, selalu ada keinginan untuk membuat siswa belajar dengan senang dan mencapai keberhasilan. Kecintaan pada pendidikan juga berarti tekad untuk belajar sepanjang hayat.

Mengajar itu menyita waktu. Di sini seorang guru harus mampu membuat keseimbangan antara kerja dan kehidupan keluarga. Guru juga harus meluangkan waktu untuk membuat rancangan pelajaran. Dibandingkan dengan profesi lain, jam kerja guru mulai lebih awal.

Menjadi guru juga menghabiskan energi. Setelah menangani murid yang tidak mengerjakan PR dengan baik, ia harus menemui orangtua dan kepala sekolah. Ketika ada gagasan yang sulit dimengerti siswa, guru harus segera mencari cara paling menarik dan cocok untuk menjelaskannya. Berbagai tantangan ini tidak akan menjadi beban bila guru memiliki kecintaan dan tekad mendidik generasi muda.

Teori pendidikan

Selain syarat-syarat itu, ada banyak teori pendidikan yang harus dikuasai para guru agar dapat mengimbangi tuntutan global. Teori-teori itu selalu berkembang dan perlu pelatihan praktis agar dapat diterapkan secara benar.

Ribuan kali berdiri di depan murid merupakan kesempatan bagi guru untuk menemukan kekuatan ataupun kelemahan. Bila ini disadari, ia akan dapat menemukan cara mengajar yang paling efektif. Pribadi yang baik dibangun melalui keberanian untuk melihat apa yang ada di dalam dirinya. Hal ini juga berlaku untuk seorang guru yang baik.

Dalam pendidikan, seluruh pribadi dibentuk. Melalui interaksi dengan rekan sejawat, keterampilan guru di bidang hubungan antarpribadi dipoles. Pekerjaan sekolah yang membutuhkan manajemen diri dan tenggat biasanya membentuk pribadi menjadi pekerja keras dan gigih.

Tujuan mata pelajaran sekolah adalah untuk membimbing dan mengilhami siswa guna menekuni bidang yang akan dipelajari kelak. Tujuan pendidikan adalah membangun generasi warga negara yang mampu memberi sumbangan bagi perkembangan bangsanya. Generasi muda inilah yang bakal memberi dampak pada lingkaran sosialnya. Mungkin mereka akan mengilhami orang lain. Mungkin pula—ini harapannya—suatu saat mereka akan menjadi guru dan perantara ilmu pengetahuan. Melalui pengajaran dan pembelajaran, siswa disiapkan menjadi pribadi yang kritis.

Pada dasarnya, pendidikan dirancang untuk menghasilkan manusia komprehensif, yang memiliki watak baik, pengetahuan yang cukup, dan keterampilan yang memadai guna menghadapi kehidupan dunia.

Pendidikan guru

Mengajar itu seni. Ia membutuhkan beberapa keterampilan dan persiapan dalam bentuk pendidikan bermutu. Dalam pendidikan, para guru dilatih agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai macam lingkungan sekolah dan siswa. Pendidikan bagi guru dirancang untuk memenuhi harapan tertinggi profesinya. Guru harus menguasai ilmu pengetahuan di mana mereka akan menjadi perantaranya sehingga siswa tidak hanya mempelajari pengetahuan mentah, tetapi juga belajar bagaimana menerapkan dan menghubungkan pengetahuan itu dalam kehidupannya.

Yang terpenting—mungkin sering dilupakan—ialah seorang guru juga harus akrab dengan berbagai falsafah mengenai pendidikan. Socrates, John Dewey, dan Howard Gardner memberi teori dan falsafah yang dapat dipelajari dan digunakan untuk membangun falsafah pendidikan.

Penghargaan

Dengan pengabdiannya yang all-out, dengan jumlah pekerjaan dan sumbangan abadi mereka untuk masyarakat, para guru juga membutuhkan penghargaan.

Guru membutuhkan lebih dari sekadar Himne Guru atau tepuk tangan pada Hari Guru. Mereka membutuhkan imbalan nyata yang berguna untuk kemajuan sebagai pendidik ataupun untuk kehidupan sehari-hari.

Guru membutuhkan fasilitas. Keamanan finansial merupakan salah satu yang mutlak diharapkan guru. Keamanan politis juga penting. Demikian pula, guru memerlukan akses informasi dalam kancah global agar ia dapat memoles keterampilan mengajarnya. Akses global menghubungkan para guru lokal dengan para pendidik dari berbagai budaya dan pengalaman yang berbeda.

Kepuasan

Akhirnya, apa sebenarnya kepuasan yang paling berharga bagi guru? Kemajuan para murid!

Saya baru tiga tahun berada dalam dunia pendidikan. Pengalaman saya mungkin belum luas. Namun, saya merasa puas saat murid-murid saya bertanya saat pelajaran, atau saat mereka mengungkap keraguannya mengenai mata pelajaran yang sedang dibahas. Saya senang melihat mereka menerapkan apa yang saya ajarkan menjadi sebuah masalah dalam buku ajar.

Di sini saya melihat gambaran guru pada murid-murid, sama seperti bagaimana kepribadian seorang seniman muncul dan tampak dalam karya seninya. Siswa meniru keutamaan guru dan bermimpi untuk menjadi seperti gurunya. Siswa menjadi pribadi yang makin baik dan makin dewasa karena gurunya. Bagi seorang guru, ini sudah cukup menjadi kehormatannya.

Guru memang "pahlawan tanpa tanda jasa". Mereka tidak membutuhkan pengakuan. Kemajuan individu, yang mendorong kemajuan masyarakat secara menyeluruh, telah membuktikan nilai sumbangan para guru bagi bangsa.

 

Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

⊆ 10.52 by Fauzan | ˜ 0 komentar »

Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkali lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu.

Seorang motivator adalah seseorang yang mampu membangkitkan motif atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang guru tentu memiliki sasaran yang pasti yaitu murid-murid yang dihadapinya sehari-hari. Bangkitnya motivasi mereka untuk meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang motivator dan merupakan suatu kebanggaan melihat murid yang dibimbingnya memiliki suatu prestasi yang optimal.

Tampilnya seorang guru sebagai motivator bagi siswa-siswi yang dihadapinya
sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Untuk menjadi seorang motivator bagi siswasiswinya, seorang guru juga harus dapat memberi motivasi bagi dirinya sendiri
yang otomatis menjadi motivator bagi dirinya sendiri.

Sudahkah Anda menjadi motivator bagi diri Anda sendiri ? Tanpa hal ini rasanya akan sulit bagi seorang guru untuk menjadi motivator bagi siswa-siswinya. Saat ini yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang terbaik yang harus dilakukan oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai seorang motivator.

Berbagai teori telah dikemukakan namun seringkali gagal. Siswa tetap tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi , yang nampak melalui nilai-nilai akademik, banyaknya siswa-siswi yang membolos sekolah hingga menimbulkan banyak masalah. Contohnya; tawuran diantara siswa.

Hal ini membuat para guru menjadi serba salah dalam bertindak, karena merasa telah melaksanakan berbagai cara ataupun teori namun hasil yang dicapai tidak kunjung terlihat. Sehingga seringkali timbul kesan bahwa guru-guru di Indonesia adalah guru yang memiliki kemampuan minim. Padahal bila dibuktikan akan terlihat bahwa banyak guru di Indonesia adalah guru-guru yang memiliki kompeten tinggi dalam dunia pendidikan.

Namun tidak pula dapat kita sangkali bahwa banyak guru di Indonesia yang hanya melakukan transfer ilmu tanpa mau sedikitpun menjadi motivator bagi muridmuridnya, bahkan tampak adanya kesan bangga bila muridnya mendapat nilai buruk dalam mata pelajaran yang diajarnya, hal ini dianggapnya menunjukkan bahwa semua murid itu bodoh dan hanya gurulah yang pandai.

EMPAT LANGKAH SEORANG MOTIVATOR EFEKTIF

Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini juga bukan berarti hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh karena itulah penulis mencoba merangkum beberapa pemikiran ke dalam ‘empat langkah, yaitu:

1. Lakukanlah yang terbaik

Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan maka Anda akan merasakan hasilnya.

2. Jadilah teladan bagi lingkungan
Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu menjadi motivator bagi dirinya. Karena itu merupakan syarat utama sebagai seorang motivator. Contohnya; seorang guru perokok tidak mungkin menjadi seorang motivator bagi siswasiswinya agar tidak merokok

3. Jadikanlah siswa sebagai subyek
Dengan menjadikan seorang siswa sebagai subjek pendidikan, maka kita memberikan kesempatan pada mereka untuk menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta menyampaikan pendapatnya secara demokratis tanpa meninggalkan norma-
norma yang ada.

Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita lakukan dengan cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang sahabat yang memiliki rasa empati bagi mereka (khususnya untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati mereka.

4. Memiliki wawasan yang luas
Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila tidak memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai bidang.

DAMPAK
Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah;

a. Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya.
Hal ini akan sangat berpengaruh dengan prestasi akademik
siswa.

b. Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya; siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk pergi ke sekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos.

c. Rasa memiliki sekolah; akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah.